Header Ads

Drama Singkat Dengan 3 Tokoh

Legenda Sungai Landak

          Dahulu, di sebuah desa yang terletak di pinggir hutan di pedalaman Kalimantan Barat, hiduplah sepasang suami istri. Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, sehari-hari sang Suami bercocok tanam dengan menanam palawija di ladang. Meskipun hidupnya serba pas-pasan, pasangan suami istri tersebut selalu ingin membantu orang lain yang sedang mengalami kesusahan.
Suatu malam, ketika sang Istri sudah tidur dengan nyenyaknya, sang Suami masih terlihat gelisah. Sesekali ia miring ke kanan, sesaat kemudian miring lagi ke kiri. Malam semakin larut, namun lelaki itu tetap tidak bisa memejamkan mata. Ia pun bangkit dari tidurnya lalu duduk di samping istrinya.
Suami:“Huh, kenapa mataku sulit sekali kupejamkan?”
Sesekali petani itu memandangi istrinya yang sudah terlelap. Suatu ketika, saat menoleh ke arah istrinya, ia dikejutkan oleh sebuah peristiwa aneh pada istrinya. tiba-tiba seekor kelabang yang memancarkan sinar berwarna putih keluar dari kepala istrinya. Kelabang itu kemudian merayap keluar dari rumahnya .
Suami :“Hai, mau ke mana kelabang itu?”
sang Suami mengikuti kelabang itu. Tak berapa lama kemudian, kelabang itu sampai pada sebuah ceruk (lubang) yang digenangi air, tidak jauh dari rumahnya. Si petani menunggu beberapa saat, namun kelabang itu tidak keluar lagi.
Suami:“Ah, dasar kelabang aneh,” seraya kembali masuk ke dalam rumahnya.
Petani itu kembali merebahkan tubuhnya di samping sang Istri dan mencoba untuk memejamkan mata. Namun, hingga pagi hari, ia tetap tidak bisa tidur. Pada esok harinya, ia pun menceritakan peristiwa aneh yang dilihatnya semalam kepada sang Istri.
Suami:“Dinda, apakah kamu merasakan kelabang itu keluar dari kepalamu?”                                 Istri:“Tidak, Kanda. Tapi, semalam Dinda mimpi aneh,”                                                                                Suami:“Mimpi aneh apakah itu, Dinda?”                                                                                                                  Istri :”Dinda berjalan amat jauh melewati padang tandus hingga sampai ke sebuah pinggir danau yang amat luas. Di tengah danau, terlihat seekor landak yang sangat besar. Bulunya bewarna kuning keemasan dan matanya tajam menyala.“                                                                                                                                                                         Suami:“Lalu, apa yang dinda lakukan?”                                                                                                                   Istri:“Dinda sangat ketakutan, Kanda. Landak raksasa itu hendak menerkam Dinda. Jadi, Dinda pun lari meninggalkan danau itu,”                                                                                                                                  Suami:“Hmmm... jangan-jangan mimpi Dinda ada hubungannya dengan kelabang yang keluar dari kepala Dinda tadi malam?”
Akhirnya, petani itu mengajak istrinya menuju ceruk tempat kelabang itu menghilang. Ia bermaksud menangkap kelabang itu.
Istri:“Hati-hati, Kanda!”                                                                                                                             Suami:“Baik, Dinda,”
Sang Suami kemudian memasukkan tangannya ke dalam ceruk itu. Beberapa saat kemudian, tangannya terasa menyentuh sebuah benda keras dan ujungnya runcing. Dengan hati-hati, ia mencoba memegang dan kemudian mengambil benda itu. Alangkah terkejutnya mereka saat melihat benda itu yang ternyata sebuah patung landak emas. Bentuknya sangat indah dan matanya terbuat dari berlian.
Suami:“Lihat, Istriku! Patung landak emas ini sungguh luar biasa,”                                                          Istri:“Sebaiknya patung itu kita bawa ke rumah, Kanda,”
Suami dan istri itu pun membawa patung landak emas itu ke rumah mereka. Kemudian mereka menyimpannya dengan baik di suatu tempat yang aman.
Istri:“Wah, jika patung itu kita jual, maka kita akan kaya, Kanda,”                                                             Suami:“Benar, Dinda. Tapi, kita jangan tergesa-gesa menjualnya. Biarlah kita simpan dulu. Siapa tahu kita mendapat petunjuk mengenai patung landak emas itu,”
Benar perkiraan sang Suami. Pada malam harinya, ia mendapat petunjuk melalui mimpi. Dalam mimpi itu, ia didatangi seekor landak besar.

Landak:“Tuan, izinkanlah hamba tinggal di rumah kalian. Sebagai imbalannya, hamba akan memberikan semua yang Tuan inginkan, Patung itu cukup diusap kepalanya lalu mengucapkan mantra.”              Landak besar itu kemudian mengajarkan dua jenis mantra. Mantra pertama dibaca saat akan mulai meminta sesuatu, sedangkan mantra kedua dibaca untuk menghentikan apa telah diminta tersebut. Si petani pun dengan cepat menghafal kedua mantra tersebut.                                                                          
Keesokan harinya, petani itu bercerita kepada istrinya perihal mimpinya semalam. Mendengar cerita itu, sang Istri tidak sabar lagi ingin membuktikannya.
Istri:“Wah, kalau begitu. Bagaimana kalau perkataan landak besar itu kita buktikan sekarang?Kanda  masih hafal kan kedua mantra itu?”                                                                                                                  Suami:“Iya, Dinda. Kanda telah menghafalnya dengan baik,”
Sang Suami segera mengusap kepala patung landak emas itu lalu membaca mantra pertama. Setelah itu, ia pun menyampaikan keinginannya.
Suami:“Wahai, patung landak! Berikanlah kami beras yang melimpah!”
Seketika, butiran-butiran beras pun berhamburan keluar dari mulut patung landak emas itu. Setelah mendapatkan beras yang cukup, si Petani pun segera membaca mantra kedua untuk menghentikannya. Beras itu pun berhenti keluar dari mulut patung landak itu. Setelah itu, si Petani dan istrinya mengajukan permintaan lain seperti perhiasan dan segala sesuatu yang mereka butuhkan. Maka, dalam waktu singkat, mereka pun menjadi kaya raya. Keinginannya untuk membantu orang yang susah pun terkabulkan. Sebagian hartanya ia bagi-bagikan kepada mereka.
Rupanya, di antara warga kampung itu, ada seorang perampok yang merasa iri. Ia pun segera menyelidiki asal muasal harta kekayaan suami istri itu. Setelah terus-menerus mengamati dan mengintai, akhirnya perampok itu mengetahui rahasia kekayaan mereka.
Perampok:“Ooohhh... ternyata patung landak sakti itu yang membuat mereka cepat kaya,”
Ia segera membuat patung landak yang bentuknya mirip patung landak yang sakti itu. Ketika sepasang suami istri itu pergi ke ladang, ia pun menyelinap masuk ke dalam rumah mereka lalu menukar patung landak emas itu dengan patung landak buatannya. Setelah berhasil mendapatkan patung landak emas itu, ia segera meninggalkan kampung itu dan pindah ke sebuah daerah bernama ngabang.
Saat itu, Ngabang sedang dilanda kekeringan. Warga sangat kesulitan mendapatkan air. Jangankan untuk mandi, air untuk dipakai memasak pun sangat sulit mereka peroleh. Melihat keadaan itu, timbullah niat si perampok untuk menjadi pemimpin di daerah itu. Ia pun segera mengumpulkan seluruh warga untuk menarik simpati mereka.Ia menjajikan air yang berlimpah.Para penduduk pun amat senang menyambut kabar gembira tersebut. Si Perampok kemudian mengusap kepala patung landak emas itu lalu membaca mantra pertama. Seketika, air pun memancar keluar dari mulut patung landak emas itu dengan deras.
Semakin lama, semburan air itu semakin deras hingga menggenangi daerah tersebut. Para warga yang mulai cemas.Si perampok berusaha menutup mulut patung landak itu dengan telapak tangannya. Namun, ia tak kuasa membendung derasnya semburan air. Rupanya ia tidak mengetahui mantra kedua karena ia hanya menyaksikan petani itu membaca mantra yang pertama.
Semakin lama, semburan air yang keluar dari mulut patung landak itu semakin deras. Sebagian wilayah Ngabang pun mulai tergenang banjir. Para warga yang ketakutan berlarian meninggalkan daerah tersebut untuk menghindari banjir yang semakin besar. Si Perampok juga ingin melarikan diri, namun ia tidak dapat menggerakkan kaki dan tangannya. Dalam penglihatannya, ada seekor landak raksasa yang memegang kedua kakinya, sedangkan tangannya terasa lengket pada patung landak emas tersebut.
Daerah Ngabang pun terendam banjir besar hingga menenggelamkan si perampok bersama patung landak emas. Sementara itu, patung landak itu terus-menerus menyemburkan air. Daerah itu tidak dapat lagi menampung genangan air yang semakin banyak sehingga air pun mengalir hingga membentuk sungai kecil dan kemudian menjadi sungai besar.



Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.